Selasa, 29 September 2015

PPT HIV/AIDS


   

     
 
KOMUNIKASI TERAPEUTIK

http://stikesmuhammadiyah-plg.ac.id/foto/berita/stikers%20putih.jpg












DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :
1.               DEWI PURNAMASARI
2.               ROSALINDA
3.               DESI RATNASARI
4.               HELDA
5.               MUHAMMAD ERIK
6.               DONY SANJAYA


DOSEN PEMBIMBING      :
1.      TRILLIA., S.pd., M.Kes
2.      Maya Fadlilah., S.Kep.,ns., M.Kep

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-nya, makalah ini dapat di selesaikan. Makalah ini merupakan makalah tentang pengetahuan bagi mahasiswa/i Akper maupun para pembaca untuk bidang pengetahuan.
Makalah ini sendiri di buat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan dengan judul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK”.
Di dalam penulisan laporan ini,  penulis mendapat banyak bantuan dari pihak lain karena itu kritik serta saran  dari para pembaca sangat di perlukan demi kemajuan pada pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca serta institusi kesehatan.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang setimpal atas bimbingan dan bantuan yang telah di berikan kepada penulis. Akhirnya penulis mengharapakan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin


Palembang,       September 2015


Penulis











BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada awal menjadi mahasiswa keperawatan dan ketika untuk pertama kali terlibat interaksi dengan pasien, pertanyaan yang sering diajukan adalah “Bagaimana saudara memperoleh pengetahuan tentang pasien saudara?”. Tugas ini bukan pekerjaan yang mudah namun sering menjadi penghambat dalam menciptakan hubungan yang efektif.
Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui tentang kondisi klien jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan klien. Tanpa mengetahui keunikan masing-masing kebutuhuan klien, peawat juga akan kesulitan memberikan bantuan kepada klien dalam mengatasi masalah klien. Sehingga perlu dicari metode yang tepat dalam mengkoordinasi agar perawat dapat menghadapi, mempersepsikan,bereaksi,dan menghargai keunikan klien.
Komunikasi teraupetik tidak dapat berlangsung dengan sendirinya tapi harus direncanakan, dipertimbangkan, dan dilaksanakan secara profesional. Sehingga jangan sampai karena terlalu banyaknya atau asyiknya bekerja, perawat melupakan klien sebagai manusia dengan latar belakang dan permasalahannya.
Pada saat pertamakali perawat melakukan komunikasi teraupetik, proses komunikasi umumnya berlangsung singkat, canggung, semu dan seperti dibuat-buat. Namun, hal ini akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing-masing hubungan pasien karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia yang positif sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan keperawatan.



B.TUJUAN
a.                  Untuk mengetahui definisi, tujuan, dan prinsip-prinsip komunikasi teraupetik
b.                   Untuk mengetahui unsur-unsur komunikasi teraupetik
c.                   Untuk mengetahiu fase-fase komunikasi teraupetik
d.                  Hambatan-hambatan komunikasi
e.                  Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi teraupetik dalam proses keperawatan.























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Komunikasi Teraupetik
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan tepelihara secara terus menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan , melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar manusia.
Sebagai tenaga kesehatan yang paling lama dan sering berinteraksi dengan pasien/klien, perawat diharapkan dapat menjadi “obat”secara psikologis. Kehadiran dan interaksi yang dilakukan perawat hendaknya membawa kenyaman dan kerinduan bagi klien.
Komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan serta kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya oleh Heri Purwanto (1994) disebut sebagai komunikasi terapeutik.
Suasana yang menggambarkan komunikasi yang teraupetik adalah apabila dalam berkomunikasi dengan klien, perawat mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi klien yang sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilkan serta keluhan yang dirasakan. Gambaran tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan masalah keperawatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan keluhan dan masalah keperawatan tepat sasaran sehingga membantu mempercepat proses kesembuhan.
Menurut As Homby (1974) yang dikutip oleh Nurjanah, I (2001) mengatakan bahwa terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dan pemnyembuhan. Hal ini menggambarkan bahwa dalam menjalani proses komunikasi terapeutik, seorang perawat melakukan kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan rencana tindakan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan maksimal apabila terjadi proses komunikasi yang efektif dan intensif. Hubungan take and give antara perawat dan klien menggambarkan hubungan memberi dan menerima.
Komunikasi terapeutik terjadi apabila didahului hubungan saling percaya antara perawat-klien. Dalam konteks pelayan keperawatan kepada klien, petrama-tama klien harus percaya bahwa perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan dalam mengatasi keluhannya, demikan juga perawat harus dapat dipercaya dan diandalkan atas kemampuannya sehingga klien tidak ragu, tidak cemas, pesimis, dan skeptis dalam menjalani proses pelayanan keperawatan.
Rasa emosional yang tinggi akibat ketidakpercayaan klien terhadap perawat mengakibatkan klien menarik diri dan tak mau berhubungan dengan perawat sehingga terjadi kebuntuan komunikasi. Menurut Stuart G.W ( 1998), komunikasi teraupetik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien. Melalui hubungan ini, perawat dan klien. Melalui hubungan ini, perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosiona klien.

B.     Tujuan Komunikasi Therapeutik
Untuk itu, stuart & sundeen dalam nurjana I (2001) mengemukakan tujuan komunikasi therapeutik sebagai berikut. Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatkan kehormatan diri, untuk mencapai tujuan akhir proses pelayanan kesehatan terutama pelayan keperawatan adalah :

Komunikasi therapeutik dilaksanakan dengan tujuan :
1.      Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan.
2.      Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3.      Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan.
4.      Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelasaian masalah klien.

Untuk itu, perawat harus melakukan eksplorasi diri atas kemampuan-kemampuan antara lain: pengetahuan yang cukup, keterampilan yang mumpuni dan memadai,serta teknik dan etika komunikasi yang baik. Dengan demikian, kehadiran perawat disisi klien merupakan kehadiran yang bermakna dan membawa dampak yang positif bagi klien.
Perawat harus mengerti dan menyadari bahwa klien datang kerumah sakit dalam rangka meminta pertolongan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan dan hal itu diterima sebagai tanggung jawab pribadi serta tanggung jawab profesi bagi perawat. Perawat saat menangani klien merupakan suatu penghormatan bagi dirinya karena dipercaya oleh klien  untuk merawat tanpa ada perasan kwatir, ragu, maupun kecemasan.

C.    Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapeutik
Untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan tersebut bersifat therapeutik atau tidak, maka dapat diihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip berikut ini:
1.      Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta niai yang dianut.
2.      Komunikasi harus ditandai dengan sikap salin menerima, saling percaya dan saling menghargai.
3.      Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
4.      Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5.      Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati yang bukan tindakan terapeutik,
6.      Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu,
7.      Mendapakan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi
D.     Unsur-unsur komunikasi theraupetik
Unsur-unsur yang terkandung dalam komunikasi terpeutik antara lain(potter and perry )
a.       Keramahan
Keramahan merupakan bagian dari komunikasi terpeutik. Keramahan diberikan untuk memberikan kesan pertama yang menarik hati lawan bicara kita
b.      Penggunaan nama
Pengenalan diri merupakan suatu yang penting agar tidak menimbulkan keraguan. Memanggil klien dengan nama akan menunjukkan penghargaan diri terhadap pasien itu sendiri.
c.        Dapat Dipercaya
Orang yang dapat dipercaya adalah orang yang apabila membantu orang lain tidak akan memberikan keraguan terhadap orang yang dibantunya. Untuk itu seorang perawat harus menunjukkan kehangatan, konsistensi, reliabilitas, kejujuran, kompetensi, dan rasa hormat.
d.      Otonomi dan Tanggung Jawab
Seorang perawat harus mampu membuat pilihan sendiri dan berani untuk mempertanggung jawabkan atas pilihan atau keputusan yang diberikan
( Townsend, 2003 )
e.       Asertif
Komunikasi Asertif memungkinkan anda untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran tanpa menuduh atau melukai orang lain ( Grover, 2005 ). Sikap asertif akan memberikan kepercayaan diri sekaligus penghormatan terhadap orang lain.


E.     Fase-Fase Komunikasi Theraupetik
Stuart dan Sundeen (1995) mengenalkan empat fase “helping relationships” yang berkembang secara berurutan dan tiap fase mempunyai tugas yang berbeda.
1.      Tahap Pra-interaksi
Tahap ini disebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum kontrak/berhubungan dengan klien termasuk kondisi kecemasan yang menyelimuti diri perawat sehingga terdapat dua unsur yang perlu disiapkan dan dipelajari pada tahap pra interaksi yaitu unsur diri sendiri dan unsur dari klien.
Stuart dan Sundeen (1995) mengenalkan empat fase “helping relationships” yang berkembang secara berurutan dan tiap fase mempunyai tugas yang berbeda.
Fase hubungan tersebut adalah Sebagai berikut :.
Pada fase prainteraksi, tugas keperawatan adalah
(1) menggali perasaan, fantasi, dan rasa takut dalam diri sendiri; (2) menganalisis kekuatan dan keterbatasan profesional diri sendiri; (3) mengumpulkan data tentang klien jika memungkinkan;
(4) merencanakan pertemuan pertama dengan klien.


2.      Tahap perkenalan
2. Fase orientasi dan perkenalan.
Tugas keperawatan pada fase ini adalah
(1) menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan;
(2) membina rasa saling percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka;
(3) menggali pikiran, perasaan dan tindakan klien;
(4) mengidentifikasikan masalah klien;
(5) mendefinisikan tujuan dengan klien;
(6) merumuskan bersama kontrak termasuk nama, peran, tanggung jawab, harapan, tujuan, tempat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi untuk terminasi, dan kerahasiaan
3.      Fase kerja
Menurut Stuart dan Sundeen (1995) pada fase kerja, keperawatan bertugas;
(1) menggali stressor yang berhubungan;
(2) meningkatkan pengembangan penghayatan klien dan penggunaan mekanisme koping yang konstruktif; dan
(3) membahas dan mengatasi perilaku resisten
Menurut murray B, dan Judith, P dalam suryani (2006), pada tahap kerja ini perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal yang penting dalam percakapan dan membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide yang sama terhadap proses kesembuhan penyakitnya sendiri.
4.      Fase terminasi
fase terakhir ini, keperawatan bertugas;
(1) membina kenyataan tentang perpisahan;
(2) meninjau kemajuan terapi dan pencapaian tujuan;
dan
(3) menggali bersama perasaan ditolak, kehilangan, kesedihan dan kemarahan serta perilaku yang terkait lainnya.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap terminasi adalah sebagai berikut:
1)      Evaluasi subjektif, merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi suasana hati setelah terjadi interaksi dengan klien. Contoh evaluasi subjektif antara lain “ Bagaimana perasaan ibu setelah pertemuan ini ?“
2)      Evaluasi objektif, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi respon objektif terhadap hasil yang diharapkan dari keluhan yang dirasakan apakah ada kemajuan atau sebaliknya. Contoh “ Bagaimana nyeri yang dirasakan ibu kemarin, apakah ada perubahan?”
3)      Tindak lanjut, merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menyampaikan pesan kepada klien mengenai lanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan. Contoh terminasi sementara “ Bu, infusnya sudah terpasang, tolong bu lokasi tusukan infus jangan dipegan-pegang agar tidak terjadi infeksi. Tangan yang terdapat lokasi tusukan infus tolong jangan digerak-gerakan agar infusnya lancar. Bu bila bila infusnya tidak menetes atau menetesnya tidak lancar atau bila lokasi tusukan terasa nyeri dan bengkak ibu lapor ke perawat untuk saya tindak lanjuti. Sedangkan terminasi akhir yang perlu dipesankan adalah seluruh kegiatan yang akan dilakukan setelah klien pulang atau pindah kerumah sakit lain

Tabel  fase-fase hubungan terapeutik
Fase
Tugas Perawat
Contoh
Pra Interaksi
-   Mengumpulkan data klien
-   Mengeksplorasi perasaan,fantasi dan ketakutan diri.
-   Menganalisa kekuatan diri dan keterbatasan
-   Membuat rencana pertemuan dengan klien(kegiatan, waktu, tempat)
-     perawat menggali perasaan diri, kecemasan, pengalaman dan tingkat pengetahuan yang dimiliki tentang latihan batuk efektif.
-     mencari data-data klien dan mengobservasi keaadan klien, sebelum melakukan komunikasi terapeutik
-     siapkan rencana percakapan baik secara tertulis ataupun tidak tertulis
Orientasi
-   memberikan salam dan tersenyum pada klien
-   memperkenalkan diri dan menanyakan nama klien
-   melakukan validasi(kognitif, psikomotor,afektif) pada pertemuan berikutnya
-   menentukan mengapa klien mencari pertolongan
-   menyediakan kepercayaan, penerimaan dan komunikasi terbuka
-   membuat kontrak timbal balik
-   mengeksplarasi perasaan klien, pikiran, dan tindakan
-   mengidentifikasi masalah klien
-   mendefenisikan tujuan dengan klien
-   menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
-   menjelaskan kerahasian
P : selamat pagi, bu tuti
K : selamat pagi, suster
P: kenalakan saya…biasa dipanggil suster…,nama ibu siapa ?
K: oh iya, nama saya tuti
P: sepertinya bu tuti tampak lebih segar sekarang
K: pagi ini saya merasa senang sekali, karena nafas sudah lega dan tidak sesak seperti kemarin, tapi kadang-kadang masih batuk. Oh ya, kemarin suster menjanjikan sesuatu pada saya, untuk latihan batuk efektif, apakah akan dilakukan sekarang sus ?
P : ya bu, saya lihat kondisi ibu sekarang sudah lebih membaik dan tidak sesak, ini saat yang paling tepat untuk latihan, apakah ibu setuju kalo latihan ini kita lakukan sekarang ?
K : setuju sus, saya sudah siap kok.
P : baiklah kita butuh waktu 20-30 menit untuk melakukan latihan ini.
Kerja
-   memberi kesempatan klien untuk bertanya
-   menanyakan keluhan utam/keluhan yang mungkin berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan
-   memulai kegiatan dengan cara yang baik
-   melakukan kegiatan sesuai rencana
P: perna dengar istilah batuk efektif bu ?
K: yang saya dengar batuk ya, batuk, itu saja suster,tidak ada kata efektifnya, kalau batuk sih,setiap orang pasti mengalami kan suster, biasanya seseorang akan batuk kalo ada rangsangan dari tenggorokan akibat debu atau mungkin seseorang sakit saluran pernafasanya, apa mungkin  begitu sus ?
P : memang betulpendapat ibu, perlu saya tambahkan, bahmwa bartuk efektif  itu merupakan batuk yang produktif, artinya batuk yang dapat mengeluarkan dahak, jadi kalo ibu batuknya misalnya terdengar suara “ grok grok” itu berarti ada lendir dan itu harus dikeluarkan.
K: jadi cara mengeluarkannya dengan batuk efektif itu ya ss ?
P: ya, bu tui
K: kalo begeti sejera ajari saya latihan batuk efektif ini sus.
P: kelihatannya ibu tertarik sekali ya ! sekarang coba ibu duduk di tempat tidur ini, dan saya akan memberi contoh latihan batuk efektif ini.
K : ya suster.
P: mari ibu saya bantu duduk
K: saya bisa sendiri kok sus,
P: nah sekarang saya akan memberi contoh batuk efektif ini, pertama-tama kita tarik nafas dalam,sesudah itu tahan nafas selama dua detik, dan segera batukkan 2 kali,batuk pertama batuk kecil, dan yang kedua usahakan batuk yang kuat ( pearawt melakukan demonstrasi) , jangan lupa  sebulumnya siapkan  dulu penam[umng dahak, ya bu ?
K: ya suster, oh ya, apa manfaatnya batuk kecil dan batuk kuat itu sus ?
P: batuk kecil biasanya untuk melepaskan lendir sedangkan batuk kuat untuk mendorong lendir keluar
K: sekarang saya sudah jelas sus, saya ingin segera mencobanya.


Terminasi
-   menciptakan realitas perpisahan
-   menyimpulkan hasil kegiatan : evaluasi hasil dan proses
-   saling mengeksplorasi perasaan,penolakan, kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain.
-   Memberikan reinfocement positif
-   Merencanakan tindak lanjut dengan klien
-   Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu, tempatntopik)
-   Mengakhiri kegiatan dengan baik
P: kalau sudah mengerti, sebleum ibu melalkukan latihan ini, coba ibu jelaskan pengertian batuk efektif ?
K: batuk efektif merupakan teknik batuk produktif yang bertujuan untuk mengeluarkan dahak atau lendir,
P:betul bu, nah sekarang coba ibu untuk latihan batuk efektif ini.
K: ya sus, kalo salah tolong beritahu ya.
P: tentu bu!, sambil membawa penampung dahak, klien mencoba menari nafas dalam selanjutnya klien tampak menahan nafas (sambil melihat arloji, agar tepat 2 detik,setelah itu klien membatukan sebanyak 2 kali, tapi dahak tidak keluar , klien mencoba sekali lagi, kali ini dahak keluar dan ia tampung di tempat yang sudah disediakan.
K : wah saya berhasil dalam latihan ini ya, sus
P: ya bu,mulai sekarang kalo batuk usahakan batuk yang efektif  agar lendir yang menggangu pernapasan ibu bisa bersih.
K: ya, suster saya akan lakukan saran-saran dari suster.
P: oh itu dokter nardi rupanya akan visite bu, dan saya harus mendampingi beliau, bagaimana jika pertemuan ini kita akhiri sekarang ?
K: oh tidak apa-apa sus, terima kasih ya atas bantuanya, nanti kalo ada waktu kita bincang-bincang lagi, kan sus ?
P: tentu, nanti kalau ada waktu saya siap untuk berbincang-bincang lagi, kan sus ?
P: tentunati kalau ada waktu saya siap untuk berbincang-bincang lagi dengan ibu, sudah ya bu tuti.
K: ya suster, terima kasih



F.      Hambatan-hambatan komunikasi terapeutik
Secara umum hambatan yang terjadi selama komunikasi adalah sebagai berikut :
-          Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat
-          Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi
-          Penampilan, sikap dan kecakapan yang kurang tepat selama berkomunikasi
-          Kurangnya pengetahuan
-          Perbedaan persepsi
-          Perbedaan harapan
-          Kondisi fisik dan mental yang kurang baik
-          Pesanyang tidak jelas
-          Prasangka yang buruk
-          Media yang kurang baik
-          Penilaian yang prematur
-          Tidak ada kepercayaan
-          Ada ancaman
-          Perbedaan status, pengetahuan, dan bahasa
-          Distori ( kesalahan informasi)
G.    Faktor-faktor yang menmpengaruhi komunikasi dalam pelayanan keperawatan
Setiap orang mempunyai sifat yang unik dan masing-masing dapat membuat penafsiran dari pesan komunikasi yang dilakukan. Perbedaan penafsiran yang disebabkan beberapa hal dapat menggangu jalannya komunikasi yang efektif. Seseorang klien yang menunjukan muka masam dapat mempunyai beberapa arti :
1)      Tidak bahagia
2)      Marah
3)      Nyeri atau makna yang lain
Menurut perry and potter (1987)persepsi seseorang dapat, nilai,emosi,latar belakang budaya dan tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi jalannya pengiriman dan penerimaan pesan (komunikasi)dalam pelayanan keperawatan.
a)        Persepsi
Persepsi adalah cara seseorang mencerap tentang sesutu yang terjadi disekelilingnya. Mekanisme pencerapan ini umumnya sangat terkait dengan fungsi panca indera manusia.persepsi akan sangat mempengaruhi jalannya komunikasi karena proses komunikasi harus ada persepsi dan pengertian yang sama tentang pesan yang disampaikan dan diterima oleh kedua belah pihak
b)   Nilai
Nilai adalah keyakinan yang dianut seseorang. Jalan hidup seseorang dipengaruhi oleh keyakinan,fikiran, dan tingkah lakunya, perawat harus lebih menggali semnagat klien untuk cepat sembuh melalui pendekatan nilai-nilai yang dianut oleh klien
c)    Emosi
Emosi adalah subyektif seseorang dalam merasakan situasi yang terjadi disekelilingnya.perawat harus dapat membedakan suasana emosi personal dengan suasana emosi persanal sedangkan menghadapi klien,mengkaji dan menjawab masalah klien adalah emosi personal sedangkan menghadapi klien, mengkaji dan menjawab masalah klien adalah emosional.
d)   Latar belakang sosial budaya
Latar belakang sosial budaya mempengaruhi jalanya komunikasi. Faktor ini memang sedikit pengaruhnya namun paling tidak dapat dijadikan pegangan bagi perawat dalam bertutur kata, bersikap, dan melangkah dalam berkomunikasi dengan klien.
e)    Pengetahuan
Komunikasi sulit berlangsung bila terjadi perbedaan tingkat pengetahuan dari perilaku komunikasi. Seorang perawat akan juga menyampaikan atau menjelaskan tentang penyebab meningginya kadar gula darah kepada pasien DM yang mempunyai pengetahuan tentang penyakitnya dibanding harus menjelaskan kepada orang awam tentang kesehatan atau tentang penyakit yang di deritanya
f)    peran dan hubungan
peran seorang mempengaruhi dalam menjalin hubungan dengan orang lain.seorang perawat yang berperan sebagai tenaga kesehatan akan merasa nyaman dan terbuka apabila  berkomunikasi dengan sesama perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
g)   Kondisi lingkungan
Komunikasi berkaitan dengan lingkungan sosial tempat komunikasi, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang merupakan identitas sosial dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antar lain :
Usia, jenis kelamin, etnik, status sosial,bahasa, kekuaasaan, peraturan sosial, dan peran sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan tepelihara secara terus menerus.
Komunikasi therapeutik dilaksanakan dengan tujuan :
1.      Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan.
2.      Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3.      Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan.
4.      Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelasaian masalah klien.
prinsip-prinsip  komunikasi terapeutik berikut ini:
1.      Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta niai yang dianut.
2.      Komunikasi harus ditandai dengan sikap salin menerima, saling percaya dan saling menghargai.
3.      Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
4.      Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5.      Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati yang bukan tindakan terapeutik,
6.      Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu,
7.      Mendapakan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi
Unsur-unsur yang terkandung dalam komunikasi terpeutik antara lain(potter and perry )
1.      Keramahan
2.      Penggunaan nama
3.      Dapat Dipercaya
4.      Otonomi dan Tanggung Jawab
5.      Asertif

Fase-fase komunikasi
1.      Tahap pra interaksi
2.      Tahap interaksi
3.      Tahap kerja
4.      Tahap terminasi
H.    Hambatan-hambatan komunikasi terapeutik
Secara umum hambatan yang terjadi selama komunikasi adalah sebagai berikut :
-          Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat
-          Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi
-          Penampilan, sikap dan kecakapan yang kurang tepat selama berkomunikasi
-          Kurangnya pengetahuan
-          Perbedaan persepsi
-          Perbedaan harapan
-          Kondisi fisik dan mental yang kurang baik
-          Pesanyang tidak jelas
-          Prasangka yang buruk
-          Media yang kurang baik
-          Penilaian yang prematur
-          Tidak ada kepercayaan
-          Ada ancaman
-          Perbedaan status, pengetahuan, dan bahasa
-          Distori ( kesalahan informasi)
Faktor  faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam pelayanan keperawatan
-          Persepsi
-          Nilai
-          Emosi
-          Latar belakang sosial budaya
-          Pengetahuan
-          Peran dan hubungan
-          Kondisi lingkungan
3.2 SARAN
Perawat yang memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, hendaknya memperhatikan cara berkomunikasi dengan kliennya. Karena kesan pertama dari pelayanan sangat berpengaruh terhadap kredibilitas perawat itu sendiri. Jika ingin menjadi seorang perawat yang professional, mulailah dari cara berkomunikasi yang professional juga.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar