KOMUNIKASI
TERAPEUTIK
DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :
1.
DEWI PURNAMASARI
2.
ROSALINDA
3.
DESI RATNASARI
4.
HELDA
5.
MUHAMMAD
ERIK
6.
DONY SANJAYA
DOSEN
PEMBIMBING :
1.
TRILLIA., S.pd., M.Kes
2.
Maya Fadlilah.,
S.Kep.,ns., M.Kep
PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN
AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-nya, makalah
ini dapat di selesaikan. Makalah ini merupakan makalah tentang pengetahuan bagi
mahasiswa/i Akper maupun para pembaca untuk bidang pengetahuan.
Makalah
ini sendiri di buat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata
kuliah Konsep Dasar Keperawatan dengan judul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK”.
Di
dalam penulisan laporan ini, penulis
mendapat banyak bantuan dari pihak lain karena itu kritik serta saran dari para pembaca sangat di perlukan demi
kemajuan pada pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk para pembaca serta institusi kesehatan.
Semoga
Allah SWT dapat memberikan balasan yang setimpal atas bimbingan dan bantuan
yang telah di berikan kepada penulis. Akhirnya penulis mengharapakan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Palembang, September 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pada awal menjadi mahasiswa keperawatan dan ketika
untuk pertama kali terlibat interaksi dengan pasien, pertanyaan yang sering
diajukan adalah “Bagaimana saudara memperoleh pengetahuan tentang pasien
saudara?”. Tugas ini bukan pekerjaan yang mudah namun sering menjadi penghambat
dalam menciptakan hubungan yang efektif.
Seorang
perawat tidak akan dapat mengetahui tentang kondisi klien jika tidak ada
kemampuan menghargai keunikan klien. Tanpa mengetahui keunikan masing-masing
kebutuhuan klien, peawat juga akan kesulitan memberikan bantuan kepada klien
dalam mengatasi masalah klien. Sehingga perlu dicari metode yang tepat dalam
mengkoordinasi agar perawat dapat menghadapi, mempersepsikan,bereaksi,dan
menghargai keunikan klien.
Komunikasi
teraupetik tidak dapat berlangsung dengan sendirinya tapi harus direncanakan,
dipertimbangkan, dan dilaksanakan secara profesional. Sehingga jangan sampai
karena terlalu banyaknya atau asyiknya bekerja, perawat melupakan klien sebagai
manusia dengan latar belakang dan permasalahannya.
Pada
saat pertamakali perawat melakukan komunikasi teraupetik, proses komunikasi
umumnya berlangsung singkat, canggung, semu dan seperti dibuat-buat. Namun, hal
ini akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing-masing hubungan pasien
karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia yang positif
sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan keperawatan.
B.TUJUAN
a.
Untuk
mengetahui definisi, tujuan, dan prinsip-prinsip komunikasi teraupetik
b.
Untuk
mengetahui unsur-unsur komunikasi teraupetik
c.
Untuk
mengetahiu fase-fase komunikasi teraupetik
d.
Hambatan-hambatan
komunikasi
e.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi teraupetik dalam proses
keperawatan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Komunikasi
Teraupetik
Komunikasi
merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga
komunikasi dikembangkan dan tepelihara secara terus menerus. Komunikasi
bertujuan untuk memudahkan, melancarkan , melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi dalam lingkup
pekerjaan maupun hubungan antar manusia.
Sebagai
tenaga kesehatan yang paling lama dan sering berinteraksi dengan pasien/klien,
perawat diharapkan dapat menjadi “obat”secara psikologis. Kehadiran dan
interaksi yang dilakukan perawat hendaknya membawa kenyaman dan kerinduan bagi
klien.
Komunikasi
yang direncanakan secara sadar dan bertujuan serta kegiatannya difokuskan untuk
kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada
tujuan untuk penyembuhan pasien yang dilakukan oleh perawat atau tenaga
kesehatan lainnya oleh Heri Purwanto (1994) disebut sebagai komunikasi
terapeutik.
Suasana
yang menggambarkan komunikasi yang teraupetik adalah apabila dalam
berkomunikasi dengan klien, perawat mendapatkan gambaran yang jelas tentang
kondisi klien yang sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilkan serta
keluhan yang dirasakan. Gambaran tersebut dapat dijadikan acuan dalam
menentukan masalah keperawatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
sesuai dengan keluhan dan masalah keperawatan tepat sasaran sehingga membantu
mempercepat proses kesembuhan.
Menurut
As Homby (1974) yang dikutip oleh Nurjanah, I (2001) mengatakan bahwa
terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dan pemnyembuhan.
Hal ini menggambarkan bahwa dalam menjalani proses komunikasi terapeutik,
seorang perawat melakukan kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan rencana
tindakan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan maksimal apabila terjadi
proses komunikasi yang efektif dan intensif. Hubungan take and give antara
perawat dan klien menggambarkan hubungan memberi dan menerima.
Komunikasi
terapeutik terjadi apabila didahului hubungan saling percaya antara perawat-klien.
Dalam konteks pelayan keperawatan kepada klien, petrama-tama klien harus
percaya bahwa perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan dalam mengatasi
keluhannya, demikan juga perawat harus dapat dipercaya dan diandalkan atas
kemampuannya sehingga klien tidak ragu, tidak cemas, pesimis, dan skeptis dalam
menjalani proses pelayanan keperawatan.
Rasa
emosional yang tinggi akibat ketidakpercayaan klien terhadap perawat
mengakibatkan klien menarik diri dan tak mau berhubungan dengan perawat
sehingga terjadi kebuntuan komunikasi. Menurut Stuart G.W ( 1998), komunikasi
teraupetik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien. Melalui
hubungan ini, perawat dan klien. Melalui hubungan ini, perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosiona klien.
B.
Tujuan Komunikasi
Therapeutik
Untuk
itu, stuart & sundeen dalam nurjana I (2001) mengemukakan tujuan komunikasi
therapeutik sebagai berikut. Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatkan
kehormatan diri, untuk mencapai tujuan akhir proses pelayanan kesehatan terutama
pelayan keperawatan adalah :
Komunikasi
therapeutik dilaksanakan dengan tujuan :
1.
Membantu
pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada
hal-hal yang diperlukan.
2.
Mengurangi
keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan
kekuatan egonya.
3.
Mempengaruhi
orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat
kesehatan.
4.
Mempererat
hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara
profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelasaian masalah klien.
Untuk
itu, perawat harus melakukan eksplorasi diri atas kemampuan-kemampuan antara
lain: pengetahuan yang cukup, keterampilan yang mumpuni dan memadai,serta
teknik dan etika komunikasi yang baik. Dengan demikian, kehadiran perawat
disisi klien merupakan kehadiran yang bermakna dan membawa dampak yang positif
bagi klien.
Perawat
harus mengerti dan menyadari bahwa klien datang kerumah sakit dalam rangka
meminta pertolongan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan dan hal itu
diterima sebagai tanggung jawab pribadi serta tanggung jawab profesi bagi
perawat. Perawat saat menangani klien merupakan suatu penghormatan bagi dirinya
karena dipercaya oleh klien untuk
merawat tanpa ada perasan kwatir, ragu, maupun kecemasan.
C.
Prinsip-Prinsip
Komunikasi Terapeutik
Untuk
mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan tersebut bersifat therapeutik atau
tidak, maka dapat diihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip berikut ini:
1.
Perawat
harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta niai
yang dianut.
2.
Komunikasi
harus ditandai dengan sikap salin menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
3.
Perawat
harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
4.
Perawat
harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5.
Memahami
betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati yang
bukan tindakan terapeutik,
6.
Disarankan
untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu,
7.
Mendapakan
kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi
D.
Unsur-unsur komunikasi theraupetik
Unsur-unsur
yang terkandung dalam komunikasi terpeutik antara lain(potter and perry )
a.
Keramahan
Keramahan merupakan bagian dari komunikasi terpeutik. Keramahan diberikan untuk memberikan kesan pertama yang menarik hati lawan bicara kita
Keramahan merupakan bagian dari komunikasi terpeutik. Keramahan diberikan untuk memberikan kesan pertama yang menarik hati lawan bicara kita
b. Penggunaan nama
Pengenalan diri merupakan suatu yang penting agar tidak menimbulkan keraguan. Memanggil klien dengan nama akan menunjukkan penghargaan diri terhadap pasien itu sendiri.
Pengenalan diri merupakan suatu yang penting agar tidak menimbulkan keraguan. Memanggil klien dengan nama akan menunjukkan penghargaan diri terhadap pasien itu sendiri.
c. Dapat Dipercaya
Orang yang dapat dipercaya adalah orang yang apabila membantu orang lain tidak akan memberikan keraguan terhadap orang yang dibantunya. Untuk itu seorang perawat harus menunjukkan kehangatan, konsistensi, reliabilitas, kejujuran, kompetensi, dan rasa hormat.
Orang yang dapat dipercaya adalah orang yang apabila membantu orang lain tidak akan memberikan keraguan terhadap orang yang dibantunya. Untuk itu seorang perawat harus menunjukkan kehangatan, konsistensi, reliabilitas, kejujuran, kompetensi, dan rasa hormat.
d. Otonomi dan Tanggung Jawab
Seorang perawat harus mampu membuat pilihan sendiri dan berani untuk mempertanggung jawabkan atas pilihan atau keputusan yang diberikan
Seorang perawat harus mampu membuat pilihan sendiri dan berani untuk mempertanggung jawabkan atas pilihan atau keputusan yang diberikan
( Townsend, 2003 )
e.
Asertif
Komunikasi Asertif memungkinkan anda untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran tanpa menuduh atau melukai orang lain ( Grover, 2005 ). Sikap asertif akan memberikan kepercayaan diri sekaligus penghormatan terhadap orang lain.
Komunikasi Asertif memungkinkan anda untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran tanpa menuduh atau melukai orang lain ( Grover, 2005 ). Sikap asertif akan memberikan kepercayaan diri sekaligus penghormatan terhadap orang lain.
E.
Fase-Fase Komunikasi
Theraupetik
Stuart dan
Sundeen (1995) mengenalkan empat fase “helping relationships” yang berkembang
secara berurutan dan tiap fase mempunyai tugas yang berbeda.
1.
Tahap
Pra-interaksi
Tahap ini
disebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih dahulu kemampuan
yang dimiliki sebelum kontrak/berhubungan dengan klien termasuk kondisi
kecemasan yang menyelimuti diri perawat sehingga terdapat dua unsur yang perlu
disiapkan dan dipelajari pada tahap pra interaksi yaitu unsur diri sendiri dan
unsur dari klien.
Stuart dan
Sundeen (1995) mengenalkan empat fase “helping relationships” yang berkembang
secara berurutan dan tiap fase mempunyai tugas yang berbeda.
Fase
hubungan tersebut adalah Sebagai berikut :.
Pada fase
prainteraksi, tugas keperawatan adalah
(1)
menggali perasaan, fantasi, dan rasa takut dalam diri sendiri; (2) menganalisis
kekuatan dan keterbatasan profesional diri sendiri; (3) mengumpulkan data tentang
klien jika memungkinkan;
(4)
merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2.
Tahap
perkenalan
2. Fase
orientasi dan perkenalan.
Tugas
keperawatan pada fase ini adalah
(1)
menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan;
(2)
membina rasa saling percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka;
(3)
menggali pikiran, perasaan dan tindakan klien;
(4) mengidentifikasikan
masalah klien;
(5) mendefinisikan
tujuan dengan klien;
(6)
merumuskan bersama kontrak termasuk nama, peran, tanggung jawab, harapan,
tujuan, tempat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi untuk terminasi, dan
kerahasiaan
3.
Fase
kerja
Menurut
Stuart dan Sundeen (1995) pada fase kerja, keperawatan bertugas;
(1) menggali
stressor yang berhubungan;
(2)
meningkatkan pengembangan penghayatan klien dan penggunaan mekanisme koping
yang konstruktif; dan
(3) membahas dan
mengatasi perilaku resisten
Menurut
murray B, dan Judith, P dalam suryani (2006), pada tahap kerja ini perawat
diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan
ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal yang penting dalam
percakapan dan membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide yang sama
terhadap proses kesembuhan penyakitnya sendiri.
4.
Fase
terminasi
fase terakhir
ini, keperawatan bertugas;
(1) membina
kenyataan tentang perpisahan;
(2)
meninjau kemajuan terapi dan pencapaian tujuan;
dan
(3)
menggali bersama perasaan ditolak, kehilangan, kesedihan dan kemarahan serta
perilaku yang terkait lainnya.
Kegiatan
yang dilakukan pada tahap terminasi adalah sebagai berikut:
1)
Evaluasi
subjektif, merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi suasana hati
setelah terjadi interaksi dengan klien. Contoh evaluasi subjektif antara lain “
Bagaimana perasaan ibu setelah pertemuan
ini ?“
2)
Evaluasi
objektif, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi respon objektif
terhadap hasil yang diharapkan dari keluhan yang dirasakan apakah ada kemajuan
atau sebaliknya. Contoh “ Bagaimana nyeri
yang dirasakan ibu kemarin, apakah ada perubahan?”
3)
Tindak
lanjut, merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menyampaikan pesan kepada
klien mengenai lanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan. Contoh terminasi
sementara “ Bu, infusnya sudah terpasang,
tolong bu lokasi tusukan infus jangan dipegan-pegang agar tidak terjadi infeksi.
Tangan yang terdapat lokasi tusukan infus tolong jangan digerak-gerakan agar
infusnya lancar. Bu bila bila infusnya tidak menetes atau menetesnya tidak
lancar atau bila lokasi tusukan terasa nyeri dan bengkak ibu lapor ke perawat
untuk saya tindak lanjuti. Sedangkan terminasi akhir yang perlu dipesankan
adalah seluruh kegiatan yang akan dilakukan setelah klien pulang atau pindah
kerumah sakit lain
Tabel fase-fase hubungan terapeutik
Fase
|
Tugas
Perawat
|
Contoh
|
Pra Interaksi
|
- Mengumpulkan data
klien
- Mengeksplorasi
perasaan,fantasi dan ketakutan diri.
- Menganalisa kekuatan
diri dan keterbatasan
- Membuat rencana
pertemuan dengan klien(kegiatan, waktu, tempat)
|
-
perawat
menggali perasaan diri, kecemasan, pengalaman dan tingkat pengetahuan yang
dimiliki tentang latihan batuk efektif.
-
mencari
data-data klien dan mengobservasi keaadan klien, sebelum melakukan komunikasi
terapeutik
-
siapkan
rencana percakapan baik secara tertulis ataupun tidak tertulis
|
Orientasi
|
-
memberikan
salam dan tersenyum pada klien
-
memperkenalkan
diri dan menanyakan nama klien
-
melakukan
validasi(kognitif, psikomotor,afektif) pada pertemuan berikutnya
-
menentukan
mengapa klien mencari pertolongan
-
menyediakan
kepercayaan, penerimaan dan komunikasi terbuka
-
membuat
kontrak timbal balik
-
mengeksplarasi
perasaan klien, pikiran, dan tindakan
-
mengidentifikasi
masalah klien
-
mendefenisikan
tujuan dengan klien
-
menjelaskan
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
-
menjelaskan
kerahasian
|
P
: selamat pagi, bu tuti
K
: selamat pagi, suster
P:
kenalakan saya…biasa dipanggil suster…,nama ibu siapa ?
K:
oh iya, nama saya tuti
P:
sepertinya bu tuti tampak lebih segar sekarang
K:
pagi ini saya merasa senang sekali, karena nafas sudah lega dan tidak sesak
seperti kemarin, tapi kadang-kadang masih batuk. Oh ya, kemarin suster
menjanjikan sesuatu pada saya, untuk latihan batuk efektif, apakah akan
dilakukan sekarang sus ?
P
: ya bu, saya lihat kondisi ibu sekarang sudah lebih membaik dan tidak sesak,
ini saat yang paling tepat untuk latihan, apakah ibu setuju kalo latihan ini
kita lakukan sekarang ?
K
: setuju sus, saya sudah siap kok.
P
: baiklah kita butuh waktu 20-30 menit untuk melakukan latihan ini.
|
Kerja
|
-
memberi
kesempatan klien untuk bertanya
-
menanyakan
keluhan utam/keluhan yang mungkin berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan
kegiatan
-
memulai
kegiatan dengan cara yang baik
-
melakukan
kegiatan sesuai rencana
|
P:
perna dengar istilah batuk efektif bu ?
K:
yang saya dengar batuk ya, batuk, itu saja suster,tidak ada kata efektifnya,
kalau batuk sih,setiap orang pasti mengalami kan suster, biasanya seseorang
akan batuk kalo ada rangsangan dari tenggorokan akibat debu atau mungkin
seseorang sakit saluran pernafasanya, apa mungkin begitu sus ?
P
: memang betulpendapat ibu, perlu saya tambahkan, bahmwa bartuk efektif itu merupakan batuk yang produktif, artinya
batuk yang dapat mengeluarkan dahak, jadi kalo ibu batuknya misalnya
terdengar suara “ grok grok” itu berarti ada lendir dan itu harus
dikeluarkan.
K:
jadi cara mengeluarkannya dengan batuk efektif itu ya ss ?
P:
ya, bu tui
K:
kalo begeti sejera ajari saya latihan batuk efektif ini sus.
P:
kelihatannya ibu tertarik sekali ya ! sekarang coba ibu duduk di tempat tidur
ini, dan saya akan memberi contoh latihan batuk efektif ini.
K
: ya suster.
P:
mari ibu saya bantu duduk
K:
saya bisa sendiri kok sus,
P:
nah sekarang saya akan memberi contoh batuk efektif ini, pertama-tama kita
tarik nafas dalam,sesudah itu tahan nafas selama dua detik, dan segera
batukkan 2 kali,batuk pertama batuk kecil, dan yang kedua usahakan batuk yang
kuat ( pearawt melakukan demonstrasi) , jangan lupa sebulumnya siapkan dulu penam[umng dahak, ya bu ?
K:
ya suster, oh ya, apa manfaatnya batuk kecil dan batuk kuat itu sus ?
P:
batuk kecil biasanya untuk melepaskan lendir sedangkan batuk kuat untuk
mendorong lendir keluar
K:
sekarang saya sudah jelas sus, saya ingin segera mencobanya.
|
Terminasi
|
-
menciptakan
realitas perpisahan
-
menyimpulkan
hasil kegiatan : evaluasi hasil dan proses
-
saling
mengeksplorasi perasaan,penolakan, kehilangan, sedih, marah dan perilaku
lain.
-
Memberikan
reinfocement positif
-
Merencanakan
tindak lanjut dengan klien
-
Melakukan
kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu, tempatntopik)
-
Mengakhiri
kegiatan dengan baik
|
P:
kalau sudah mengerti, sebleum ibu melalkukan latihan ini, coba ibu jelaskan
pengertian batuk efektif ?
K:
batuk efektif merupakan teknik batuk produktif yang bertujuan untuk
mengeluarkan dahak atau lendir,
P:betul
bu, nah sekarang coba ibu untuk latihan batuk efektif ini.
K:
ya sus, kalo salah tolong beritahu ya.
P:
tentu bu!, sambil membawa penampung dahak, klien mencoba menari nafas dalam
selanjutnya klien tampak menahan nafas (sambil melihat arloji, agar tepat 2
detik,setelah itu klien membatukan sebanyak 2 kali, tapi dahak tidak keluar ,
klien mencoba sekali lagi, kali ini dahak keluar dan ia tampung di tempat
yang sudah disediakan.
K
: wah saya berhasil dalam latihan ini ya, sus
P:
ya bu,mulai sekarang kalo batuk usahakan batuk yang efektif agar lendir yang menggangu pernapasan ibu
bisa bersih.
K:
ya, suster saya akan lakukan saran-saran dari suster.
P:
oh itu dokter nardi rupanya akan visite bu, dan saya harus mendampingi
beliau, bagaimana jika pertemuan ini kita akhiri sekarang ?
K:
oh tidak apa-apa sus, terima kasih ya atas bantuanya, nanti kalo ada waktu
kita bincang-bincang lagi, kan sus ?
P:
tentu, nanti kalau ada waktu saya siap untuk berbincang-bincang lagi, kan sus
?
P:
tentunati kalau ada waktu saya siap untuk berbincang-bincang lagi dengan ibu,
sudah ya bu tuti.
K:
ya suster, terima kasih
|
F. Hambatan-hambatan
komunikasi terapeutik
Secara umum hambatan
yang terjadi selama komunikasi adalah sebagai berikut :
-
Kurangnya
penggunaan sumber komunikasi yang tepat
-
Kurangnya
perencanaan dalam berkomunikasi
-
Penampilan,
sikap dan kecakapan yang kurang tepat selama berkomunikasi
-
Kurangnya
pengetahuan
-
Perbedaan
persepsi
-
Perbedaan
harapan
-
Kondisi
fisik dan mental yang kurang baik
-
Pesanyang
tidak jelas
-
Prasangka
yang buruk
-
Media
yang kurang baik
-
Penilaian
yang prematur
-
Tidak
ada kepercayaan
-
Ada
ancaman
-
Perbedaan
status, pengetahuan, dan bahasa
-
Distori
( kesalahan informasi)
G. Faktor-faktor yang
menmpengaruhi komunikasi dalam pelayanan keperawatan
Setiap
orang mempunyai sifat yang unik dan masing-masing dapat membuat penafsiran dari
pesan komunikasi yang dilakukan. Perbedaan penafsiran yang disebabkan beberapa
hal dapat menggangu jalannya komunikasi yang efektif. Seseorang klien yang
menunjukan muka masam dapat mempunyai beberapa arti :
1) Tidak bahagia
2) Marah
3) Nyeri atau makna yang
lain
Menurut
perry and potter (1987)persepsi seseorang dapat, nilai,emosi,latar belakang
budaya dan tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi jalannya pengiriman
dan penerimaan pesan (komunikasi)dalam pelayanan keperawatan.
a)
Persepsi
Persepsi
adalah cara seseorang mencerap tentang sesutu yang terjadi disekelilingnya.
Mekanisme pencerapan ini umumnya sangat terkait dengan fungsi panca indera
manusia.persepsi akan sangat mempengaruhi jalannya komunikasi karena proses
komunikasi harus ada persepsi dan pengertian yang sama tentang pesan yang disampaikan
dan diterima oleh kedua belah pihak
b)
Nilai
Nilai
adalah keyakinan yang dianut seseorang. Jalan hidup seseorang dipengaruhi oleh
keyakinan,fikiran, dan tingkah lakunya, perawat harus lebih menggali semnagat
klien untuk cepat sembuh melalui pendekatan nilai-nilai yang dianut oleh klien
c)
Emosi
Emosi
adalah subyektif seseorang dalam merasakan situasi yang terjadi
disekelilingnya.perawat harus dapat membedakan suasana emosi personal dengan
suasana emosi persanal sedangkan menghadapi klien,mengkaji dan menjawab masalah
klien adalah emosi personal sedangkan menghadapi klien, mengkaji dan menjawab
masalah klien adalah emosional.
d)
Latar
belakang sosial budaya
Latar
belakang sosial budaya mempengaruhi jalanya komunikasi. Faktor ini memang
sedikit pengaruhnya namun paling tidak dapat dijadikan pegangan bagi perawat
dalam bertutur kata, bersikap, dan melangkah dalam berkomunikasi dengan klien.
e)
Pengetahuan
Komunikasi
sulit berlangsung bila terjadi perbedaan tingkat pengetahuan dari perilaku
komunikasi. Seorang perawat akan juga menyampaikan atau menjelaskan tentang
penyebab meningginya kadar gula darah kepada pasien DM yang mempunyai
pengetahuan tentang penyakitnya dibanding harus menjelaskan kepada orang awam
tentang kesehatan atau tentang penyakit yang di deritanya
f) peran dan hubungan
peran
seorang mempengaruhi dalam menjalin hubungan dengan orang lain.seorang perawat
yang berperan sebagai tenaga kesehatan akan merasa nyaman dan terbuka
apabila berkomunikasi dengan sesama
perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
g) Kondisi lingkungan
Komunikasi
berkaitan dengan lingkungan sosial tempat komunikasi, dan dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial yang merupakan identitas sosial dari mereka yang terlibat
dalam komunikasi antar lain :
Usia,
jenis kelamin, etnik, status sosial,bahasa, kekuaasaan, peraturan sosial, dan
peran sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk
mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan
tepelihara secara terus menerus.
Komunikasi
therapeutik dilaksanakan dengan tujuan :
1.
Membantu
pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada
hal-hal yang diperlukan.
2.
Mengurangi
keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan
kekuatan egonya.
3.
Mempengaruhi
orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat
kesehatan.
4.
Mempererat
hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara
profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelasaian masalah klien.
prinsip-prinsip komunikasi terapeutik berikut ini:
1.
Perawat
harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta niai
yang dianut.
2.
Komunikasi
harus ditandai dengan sikap salin menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
3.
Perawat
harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
4.
Perawat
harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5.
Memahami
betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati yang
bukan tindakan terapeutik,
6.
Disarankan
untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu,
7.
Mendapakan
kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi
Unsur-unsur
yang terkandung dalam komunikasi terpeutik antara lain(potter and perry )
1.
Keramahan
2.
Penggunaan
nama
3.
Dapat
Dipercaya
4.
Otonomi
dan Tanggung Jawab
5.
Asertif
Fase-fase komunikasi
1.
Tahap
pra interaksi
2.
Tahap
interaksi
3.
Tahap
kerja
4.
Tahap
terminasi
H. Hambatan-hambatan
komunikasi terapeutik
Secara umum hambatan
yang terjadi selama komunikasi adalah sebagai berikut :
-
Kurangnya
penggunaan sumber komunikasi yang tepat
-
Kurangnya
perencanaan dalam berkomunikasi
-
Penampilan,
sikap dan kecakapan yang kurang tepat selama berkomunikasi
-
Kurangnya
pengetahuan
-
Perbedaan
persepsi
-
Perbedaan
harapan
-
Kondisi
fisik dan mental yang kurang baik
-
Pesanyang
tidak jelas
-
Prasangka
yang buruk
-
Media
yang kurang baik
-
Penilaian
yang prematur
-
Tidak
ada kepercayaan
-
Ada
ancaman
-
Perbedaan
status, pengetahuan, dan bahasa
-
Distori
( kesalahan informasi)
Faktor faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam
pelayanan keperawatan
-
Persepsi
-
Nilai
-
Emosi
-
Latar
belakang sosial budaya
-
Pengetahuan
-
Peran
dan hubungan
-
Kondisi
lingkungan
3.2
SARAN
Perawat yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, hendaknya memperhatikan cara
berkomunikasi dengan kliennya. Karena kesan pertama dari pelayanan sangat
berpengaruh terhadap kredibilitas perawat itu sendiri. Jika ingin menjadi
seorang perawat yang professional, mulailah dari cara berkomunikasi yang professional
juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar